Pengertian IMAN



PERISTILAHAN IMAN SEUMUMNYA

1.Arti Kata

Perkataan “Iman” adalah mashdar dari kata kerja: “aamana” = kata kerja telah,

                                                                            “yu’minu” = kata kerja lagi/akan,

                                                                          ” mu’minin” = kata pelaku.

Dan untuk sementara kita artikan “Iman” saja.

Dengan demikian maka: “aamana”= telah ber-Iman,

 “yu’ minu” = lagi/akan beriman,

  “mukminun” = yang ber-Iman.

Dilihat dari teori pembentukannya maka kata kerja “aamana” adalah kata kerja 3 huruf pokok yang mendapat tambahan satu huruf.

Ilmu Sharaf (Teori Bentuk Kata) memberi dua kemungkinan pembentukan kata kerja “aamana”.

1) Pembentukannya itu adalah dari kata kerja 3 huruf pokok Amuna,

amana atau amina sehingga “aamana” disini berarti “percaya, teguh atau tenang”.

2) Dari kata benda yaitu, Iman , yang oleh hadits Ibnu Majah menjelaskan demikian :

Al Imanu , Aqdun bil Qalbi , Wa Iqrarun bil Lisani, wa amalun bil arkani

“Iman ialah tambatan hati yang menggema kedalam seluruh ucapan dan menjelma kedalam segenap laku perbuatan”.

Dan masing-masing dari kedua kemungkinan ini akan memberikan konsekuensi ruang lingkup pengertian yang begitu berbeda dan tajam kepada istilah Iman.

2. Ruang Lingkup Iman

Hadits Ibnu Majah diatas membuktikan bahwa ruang lingkup Iman mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan.

Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban.

Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan pernilaian dan pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada sumbunya – Surat 036 Yasin ayat 38 - Wasy syamsu tajri li mustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul’aziizil aliim dsb.

Kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup.

Dengan demikian maka hadits diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. Ruang lingkup Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup.

Dengan perkataan lain, oleh Surat 002 Al-Baqarah ayat 165 merumuskan demikian :

"Dan sebagian manusia adalah orang yang memperlakukan ajaran selain Allah (Al-Qur’an ms Rasul-Nya) menjadi Pembina pandangan & sikap hidupnya. Mereka mencintai yang demikian itu seperti mencintai ajaran Allah ms Rasul-Nya. Tetapi yang benar-benar ber-Iman (hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur’an ms Rasul-Nya) adalah sangat rindu untuk hidup dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya. Dan jikalaulah yang berlaku dzulumat ms Syayathin itu sudi melihat (dengan pandangan al-Qur’an ms Rasul-Nya) niscaya pada saat itu akan melihat laku perbuatan dzulumat ms syayathin satu siksa nestapa bahwa sebenarnya kekuatan hidup tangguh itu adalah dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya secara bulat. 

Dan Allah, dengan pembuktian Al-Qur’an ms Rasul-Nya, adalah pembalas kehidupan sangat jahat atas pilihan dzulumat ms syayathin biadab”.

Dengan demikian maka istilah Iman ialah pandangan dan sikap hidup sama dengan “ Sangat rindu untuk hidup “ atau “ dipuncak kerinduan “ atau “dilambung cinta / rindu untuk hidup dengan ajaran Allah (Al-Qur’an ms Rasul).