Oleh: Agus Mustofa
Tulisan seri kedelapan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Adam diciptakan dengan ukuran badan supertinggi. Yakni, 60 hasta atau sekitar 27 meter.
Informasi itu tidak berasal dari dalam kitab suci Al Qur’an. Melainkan dari hadits yang bersumber dari Abu Hurairah:
“Menurut AbÅ« Ḥurairah, Nabi saw bersabda: Allah telah menciptakan Adam yang tingginya enam puluh hasta” [Al Hadits]
Karena bersumber dari hadits, lantas menjadi bahan kajian dan bahan perdebatan. Yang bisa memiliki kesimpulan benar atau salah. Terkait dengan bukti-bukti yang mendukungnya. Karena sifat hadits yang memang memerlukan verifikasi.
Sebagaimana kita tahu, hadits memiliki tingkat validitas yang berbeda-beda. Mulai dari hadits palsu, hadits lemah, hasan, sahih, dan mutawatir. Itupun, masih bisa dikritisi secara matan alias kandungan isinya. Apakah isinya bisa diterima sesuai bukti yang mendukungnya.
Berbeda jika informasi itu bersumber dari firman Allah di dalam Al Qur’an. Apalagi, dengan redaksi yang eksplisit seperti itu. Tentu harus diimani. Tidak ada pilihan lain. Kecuali, redaksinya samar. Yang termasuk di dalam kelompok ayat-ayat mutasyabihat. Yang membutuhkan kajian mendalam.
Misalnya, ayat-ayat Astronomi yang bercerita tentang langit yang sedang ditinggikan, diluaskan, dan ditahan agar tidak terus mengembang.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?” [QS. Al Ghasiyah: 17-18]
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” [QS. Fatir: 41]
Termasuk, ayat-ayat tentang relativitas waktu. Di mana sehari bisa setara dengan seribu tahun dan limapuluh ribu tahun. Ataupun, durasi enam hari yang disetarakan dengan proses penciptaan alam semesta yang berlangsung selama belasan miliar tahun.
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu.” [QS. As Sajdah: 5]
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” [QS. Al Ma’arij: 4]
Itu adalah ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna. Dan butuh kajian yang komprehensif untuk memahaminya. Berbeda dengan ayat-ayat muhkamat yang sangat lugas dan gamblang. Sehingga tidak perlu proses kajian yang mendalam. Misalnya, ayat-ayat fikih. Yang memerintahkan shalat, puasa, zakat, haji. Sangat jelas maksudnya. Tak perlu penafsiran tentang kejelasan perintahnya.
Maka, informasi hadits tentang tinggi badan Adam yang 27 meter itu, termasuk ke dalam informasi yang gamblang. Dan, tidak perlu penafsiran apa pun. Bahwa ketinggian yang dimaksudkan memang 27 meter.
Ini menjadi kajian yang menarik, karena dua hal. Yang pertama, informasi ini tidak mendapat dukungan dari dalam Al Qur’an. Tidak ada ayat Al Qur’an yang memberikan clue tentang Adam memiliki tubuh setinggi puluhan meter.
Dan yang kedua, tidak memperoleh dukungan dari data-data saintifik. Tidak ada fosil manusia yang memiliki ketinggian seperti itu. Baik manusia purba, homoerectus. Maupun, manusia modern, homosapiens.
Fosil manusia telah ditemukan dari zaman ratusan ribu tahun yang lalu di berbagai penjuru benua Afrika. Dan kemudian menyebar, ditemukan di berbagai benua Asia, Eropa, Australia, sampai Amerika. Tinggi rata-rata fosil itu sekitar 1,5 meter sampai maksimal 3 meter. Tidak ada yang mencapai 27 meter.
Fosil makhluk berukuran tinggi besar, yang mirip manusia, adalah Meganthropus dan Gigantopithecus.
Meganthropus Palaeojavanicus termasuk dalam klasifikasi manusia raksasa purba. Ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah oleh arkeolog G.H.R von Koenigswald pada tahun 1936 – 1941. Manusia raksasa ini hidup di zaman sekitar 2 – 1 juta tahun yang lalu. Tingginya sekitar 2 meter. Saya sempat berkunjung ke Museum Sangiran untuk melakukan eksplorasi soal ini.
Sedangkan Gigantopithecus masuk dalam klasifikasi bukan manusia. Lebih mirip orang utan. Fosilnya ditemukan pertama kalinya di daratan Cina. Dari zaman sekitar 2 juta tahun yang lalu sampai 300 ratus ribu tahun yang lalu. Tingginya sekitar 3 meter. Dengan bobot 600 kg.
Demikian pula ukuran tubuh manusia modern. Sejak ribuan tahun yang lalu sampai sekarang juga tidak ada bukti yang tubuhnya mencapai ketinggian puluhan meter.
Mumi para Fir’aun misalnya, memiliki ketinggian rata-rata 1,6 – 1,8 meter. Sama dengan manusia modern pada umumnya.
Memang ada catatan sejarah yang menunjukkan manusia modern bisa mencapai ketinggian lebih dari itu. Tetapi, dikategorikan sebagai penyakit hipertropi, pada kelenjar hipofisenya. Sejenis kelainan hormon pertumbuhan yang disebut sebagai gigantisme.
Kelainan itu, misalnya dialami oleh Robert Wadlow dari AS. Yang badannya meninggi sampai menjadi 2,72 meter. Dan kemudian ia meninggal dunia dalam usia sangat muda, 22 tahun. Pada tahun 1840.
Artinya, kita bisa menyimpulkan bahwa DNA manusia modern – alias Bani Adam – ini memang tidak mengandung perintah untuk menjadikan tubuhnya meninggi sampai puluhan meter. Kecuali sebagai sebuah anomali. Dan ternyata, yang demikian itu sudah berjalan selama puluhan ribu tahun. Sejak zaman nenek moyang manusia. Yang genetiknya diwariskan kepada kita semua.
Alumni Teknik Nuklir UGM. Penulis Buku-Buku Tasawuf Modern. Dan, Founder Kajian Islam Futuristik.