MAKNA LAA ILAAHA ILLA LLAAHU(لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ)
Bahasan kali ini jatuh pada pemahaman akan makna LAA ILAAHA ILLA
LLAAHU(لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ). Dimana dalam pencarian maknanya bisa
kita mulai dengan mengangkat salah satu ayat:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰى إِلَيَّ أَنَّمَا
إِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْ لِقَاءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
(18;110)
Kata اِلٰهٌ -ilaahun secara kamus berarti اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu.
اِلٰهٌ -ilaahun jamaknya adalah اٰلِهَةٌ -aalihatun = اَلْمَعْبُوْدُ مُطْلَقاً -alma`buudu muthlaqan
= yang diabdi secara muthlaq. Dalam arti, apa saja yang diabdi Itu adalah اِلٰهٌ -ilaahun.
Sengaja disini kita tidak terjemahkan kata اِلٰهٌ -ilaahun melainkan
mengalihbahasakan saja menurut bahasa itu itu juga.Artinya kata اِلٰهٌ
-ilaahun = اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu.
Sedangkan عَبَدَ - يَعْبُدُ - عِباَدَةً -`abada-ya`budu-`ibaadatan =
mengabdi. Maka اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu= yang diabdi = اِلٰهٌ
-ilaahun.
Sekarang kalau seandainya kita menyadari surat al muzzammil: يَاأَيُّهَا
الْمُزَّمِّلُ -yaa ayyuhalmuzzammilu قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila. Ini
seruan dari Allah kepada manusia. Dengan dipanggil
الْمُزَّمِّلُ-almuzzammilu maka diperintahkan قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila
bangunlah diwaktu malam. Kalau orang menyadari اِلٰهٌ -ilaahun nya
ALLAH, لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU berarti dia
harus bangun. Yang tidak bangun dalam arti tidak melaksanakan perintah
قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila = اِلٰهٌ -ilaahun nya bukan ALLAH.
Artinya secara tajam kita bisa mengatakan لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA
ILAAHA ILLA LLAAHU yang dia ucapkan menjadi tidak berlaku ketika
diwaktu malam tidak melaksanakan perintah قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila,
Sebab yang diabdi nya bukan أَللّٰهُ -Allah.
kalimat selanjutnya إِلاَّ قَلِيلًا -illaaqaliilan نِصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا -nishfahuu awinqush minhu qaliilan
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا-auzid `alaihi
warattilil qur aana tartiilan. رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil
qur aana tartiilan merupakan perintah. Yakni perintah meneliti, membaca
secara tertib, menjalani. Yang tidak melaksanakan berarti
اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu nya bukan Allah melainkan subjetivisme.
Sehingga dengan memfungsikan Allah sebagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu,
dia melaksanakan رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا -rattilil qur aana
tartiilan. قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila dia laksanakan, رَتِّلِ الْقُرْآنَ
تَرْتِيلًا -rattilil qur aana tartiilan dia juga laksanakan, Maka pada
yang demikian Allah memberikan imbalan yakni إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ
قَوْلًا ثَقِيلًا -innaa sanulqii `alaika qaulan tsaqiilan dimana
قَوْلًا ثَقِيلًا-qaulan tsaqiilan didapat dari melaksanakan perintah
قُمِ اللَّيْلَ -qumillaila dan perintah رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
-rattilil qur aana tartiilan sehingga makna alquran bisa terambil.
Kalimat lain dalam perintah yang sama yakni melaksanakan اتْلُ مَا
أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ -utlu maa uuhiya ilaika
minalkitaabi(29;45), Bagi yang لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA
ILLA LLAAHU, Maka harus patuh. Perintah selanjutnya masih dalam ayat
yang sama yakni وَأَقِمِ الصَّلَاةَ -wa aqimishshalaata, Bagi yang لاَ
اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU, Maka juga harus patuh.
Dengan dilaksanakannya perintah اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ
الْكِتَابِ -utlu maa uuhiya ilaika minalkitaabi dan وَأَقِمِ الصَّلَاةَ
-wa aqimishshalaata, Maka datanglah جَزاَءٌ -jazaa un dari Allah yakni
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ -inna
shshalaata tanhaa `anil fahsyaa i walmunkari. Sehingga bagi segolongan
manusia secara pribadi, keluarga, kelompok masyarakat yang لاَ اِلٰهَ
اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU, menjadi لاَ نَعْبُدَ اِلَّا
اللّٰهُ -laa na`buda illallaahu=tidak ada yang diabdi kecuali Allah.
Allah diabdi karena punya ajaran dimana didalamnya ada perintah. Allah
mengajarkan pandangan dan penilaian, Mengajarkan perintah. Bagi yang
melaksanakan perintahnya itu berarti berlakulah لاَ اِلٰهَ اِلَّا
اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU. Maka أَجْرٌ -ajrun bagi dia adalah إِنَّ
الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ -inna shshalaata
tanhaa `anil fahsyaa i walmunkari = sesungguhnya shalat mencegah dari
berbagai kejahatan dan kemunkaran. Subject تَنْهَى -tanhaa disini bukan
اَنْتَ -anta tapi هِيَ -Hiya.
هِيَ -Hiya itu الصَّلَاةَ -ashshalaata. Jadi kalau الصَّلَاةَ
-ashshalaata itu dipersonifikasikan / dianggap orang, maka shalat itu
bisa mencegah عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ - `anil fahsyaa i
walmunkar. Sehingga أَجْرٌ -ajrun bagi masyarakat yang demikian sungguh
menjadi timbul kedamaian, saling kasih sayang, dan kemakmuran. Kenapa??
Karena shalat mampu mencegah dari kejahatan dan kemunkaran. Karena itu
perlu kita sadari secara pribadi pribadi, Keluarga, Masyarakat dan
sadarkan orang yang belum mengerti persoalan. Kejar لاَ اِلٰهَ اِلَّا
اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU. Urusan aman damai jaminan Allah. Tapi
kalau dalam diri tidak memfungsikan Allah sebagai اَلْمَعْبُوْدُ
-alma`buudu, dalam arti omong besar لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA
ILLA LLAAHU namun baik dalam pribadi, keluarga, maupun masyarakat
اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu nya bukan Allah, berarti dia keluar dari لاَ
اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU.
Disini perlu juga kita ketahui alam semesta pun menyatakan diri لاَ
اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU hanya saja kalimatnya lain:
لَوْ كَانَ فِيْهِمَا آلِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتَا -lau kaan
fiihimaa aalihatun illallaahu lafasadataa = kalau didalam
keduanya(semesta angkasa dan bumi ini) ada berbagai اَلْمَعْبُوْدُ
-alma`buudu selain Allah niscaya pasti keduanya hancur . آلِهَةٌ
-aalihatun jamak dari اِلٰهٌ -ilaahun. Misal Matahari, Air, tidak
menjadikan Allah sebagai اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu maka menjadi hancur
لَفَسَدَتَا -lafasadataa.
Selanjutnya kalau kita hubungkan dengan surat Ali imran ayat 14:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Yang mana menjadi مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا -mataa`ul hayaatiddunya??
Jawabnya زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ -zuyyina linnaasi hubbusysyahwaati
زُيِّنَ -zuyyina merupakan kata kerja pasif. Kata kerja aktifnya pada
ayat فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ -fazayyana
lahumusysyaithaanu a`maalahum (16;63).
Adapun hubungan antara Ali imran ayat 14 dengan اَلْمَعْبُوْدُ
-alma`buudu dan 16;63 adalah adanya مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ minannisaa i wal baniina wal
qanaathiiril muqantharati minadzdzahabi wal fidhdhati walkhailil
musawwamati wal an`aami wal hartsi yang menurut perintah syethan yakni
أَلَم أَعهَدْ إِلَيْكُمْ يٰبَنِى ءادَمَ أَن لاَ تَعْبُدُوْا الشَّيْطٰنَ ۖ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ -alam a`had ilaikum yaa banii aadama
allaa ta`buduusysyaithaana = tidakkah Aku wasiatkan kepada kalian wahai
anak adam: Janganlah kalian hidup mengabdi menurut ajaran syethan!
sesungguhnya yang demikian adalah musuh yang nyata bagi kehidupan
kalian(36;60). Dilihat dari ayat ini ada pengabdian terhadap syethan.
Ayat selanjutnya وَأَنِ اعْبُدُوْنِىْ -wa ani`buduunii = sebaliknya
hidup mengabdilah menurut ajaranKu.
Jadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu ini ada dua, Bisa اَلْمَعْبُوْدُ
-alma`buudu = Allah, Bisa juga menjadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu =
syethan yakniوَكَذٰلِكَ جَعَلْناَ لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ
الْإِنْسِ وَالْجِنِّ -wakadzaalika ja`alnaa likulli nabiyyin `aduwwan
syayaathiinal insi wal jinni(6;112). Maka Syethan sebagai musuh terhadap
ajaran Allah bisa menjadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu inilah yang
didalam مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ
مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ
وَالْحَرْثِ minannisaa i wal baniina wal qanaathiiril muqantharati
minadzdzahabi wal fidhdhati walkhailil musawwamati wal an`aami wal
hartsi = wanita/laki laki bagi wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, alat transportasi, kegiatan peternakan dan kegiatan
pertanian. Kalau semuanya ini dilakukan menurut perintah syethan maka
pengabdian hidupnya menurut syethan dan terjadilah مَتٰعُ الحَيوٰةِ
الدُّنيا ۖ -mataa`ul hayaatiddunya. Tapi kalau itu diperlakukannya
menurut ajaran Allah maka وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَـٔابِ -wallaahu
`indahuu husnul ma aabi. Sebab, dari yang enam tadi (3;14)pun dari
sanalah munculnya مُباَرَكاَتُهُ -mubaarakaatuhuu=kehidupan saling
memakmurkan.
Kalau مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ
الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ
وَالْحَرْثِ minannisaa i wal baniina wal qanaathiiril muqantharati
minadzdzahabi wal fidhdhati walkhailil musawwamati wal an`aami wal
hartsi = wanita/laki laki bagi wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, alat transportasi, kegiatan peternakan dan kegiatan
pertanian menjadi مَتٰعُ الحَيوٰةِ الدُّنيا ۖ -mataa`ul hayaatiddunya
seluruhnya, Maka semuanya itu adalah فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ
أَعْمَالَهُمْ -fazayyana lahumusysyaithaanu a`maalahum (16;63)..Tapi
bila diperlakukan dengan ajaran Allah maka istri/suami, menjadi
pembantu dalam menegakkan tatanan hidup sesuai ajaran Allah menurut
teladan aplikatif sunnah rasulNya, Anak menjadi pembantu dalam dakwah
alquran, Alat transportasi dan harta benda menjadi faktor pendukungnya.
Peternakan dan pertanian dari sanalah timbul kemakmuran. Maka hendaknya
bagi yang mau, mengejar لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA
LLAAHU dimana yang menjadi اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu hanyalah Allah
semata.Dengan kata lain kalau ada orang saling baku hantam karena uang
1000 perak, maka tinju yang dilayangkan kepada lawannya, Penggeraknya
adalah uang 1000 perak. Kalau ada sambal kurang garam yang menyebabkan
piring terbang dalam rumah tangga, Maka penggeraknya adalah sambal
kurang garam. Itulah اِلٰهٌ -ilaahun. Maka dari itu disindir oleh
Allah:أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلٰهَهُ هَوىٰهُ -afara aita
manittakhadza ilaahahuu hawaa u = Apakah anda melihat orang yang
membikin subjectivismenya menjadi yang diabdi (45;23)= subjectivismenya
itulah yang menggerakkan dia.
Dengan kata lain ini gerak hidup akibat subjectivisme yang seharusnya
yang menggerakkan hidup adalah Allah dengan penurunan ajaran menurut
sunnah rasulNya.
Bila penggerak hidupnya adalah Allah dengan penurunan ajaran
menurut sunnah rasulNya, Maka itulah kehidupan orang orang yang
مُتَوَكِّلُوْنَ -mutawakkiluun. تَوَكَّلَ - يَتَوَكَّلُ - تَوَكُّلاً
-tawakkala-yatawakkalu-tawakku
Yang diwakilinya adalah Allah dengan penurunan ajaran menurut sunnah rasulNya maka Menjadilah
بِسْمِ اللّٰهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ -bismillaahi tawakkaltu
`alallaahi = لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU . Bila
hidup tidak demikian, Maka timbullah malapetaka = لاَ اِلٰهَ اِلَّا
الشَّيْطاَنُ -laa ilaaha illalla sysyaithaanu = اِلٰهَهُ هَوٰىهُ
-ilaahahu hawaa hu.
Jadi اِلٰهٌ -ilaahun = اَلْمَعْبُوْدُ -alma`buudu = yang diabdi atau bisa dikinerjakan menjadi "Yang menggerakkan"=penggerak
Maka لاَ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ-LAA ILAAHA ILLA LLAAHU = Tidak ada yang
menjadi penggerak dalam kehidupan kecuali Allah dengan penurunan ajaran
sesuai teladan aplikatif sunnah rasulNya = tidak ada yang diabdi dalam
hidup kecuali Allah.