Jika kita rujuk ke surat An-Nur ayat 51 yang menjelaskan secara utuh yaitu:
Innamā kāna qaulal-mu`minīna iżā du'ū ilallāhi wa rasụlihī liyaḥkuma bainahum ay yaqụlụ sami'nā wa aṭa'nā, wa ulā`ika humul-mufliḥụn
Artinya: Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Bagaimana dengan lawan kalimat dibawah ini
“ Sami’na wa asoyna “
“Kami mendengarkan tetapi kami tidak menaati
atau
“Sami’na wa hum la yus maun”
“kami dengar” padahal mereka tidak mendengarkan (tidak mematuhi)”…tidak mendengarkan dan tidak mematuhi.
Tiga kategori diatas ini antara yang beriman dan tidak beriman. Kepada siapa yang kita taati atau kita ingkari, apakah pimpinan di sebuah organisasi, pimpinan di perusahaan atau yang lainya.
Bagi orang yang tunduk dengan peraturan maka dialah yang memiliki nilai lebih dari orang lain serta memiliki komitmen yang tinggi.
Asalkan peraturan itu memiliki dasar yang kuat yaitu Al Qur'an.
Pimpinan yang mengedepankan tradisi Al Qur'an bukan tradisi nenek moyang berarti itu merupakan nilai yang beruntung. untuk kita ikuti.
Sami'na wa atho'na potongan ayat di atas ini untuk cermin "kita dengarkan dan kita taati'
Berarti pimpinan yang memiliki landasan kuat terhadap perintah Al Qur'an.Itulah simbol yang harus kita ikuti dan kita patuhi.
Zainul Abidin